Di dunia hingga siang ini yaitu 31 Maret 2020 jam 11.24 siang, terhitung temuan kasus Covid-19 sebanyak 785.797 kasus positif, 37.816 pasien meninggal dunia (4.8 % dari total kasus), dan 165.607 pasien sembuh (21 % dari total kasus) (WHO, 2020-b; Worldometer, 2020).

Data tersebut menunjukkan bahwa level kewaspadaan terhadap kasus ini perlu ditingkatkan, dengan menempuh berbagai upaya yang realistis dan juga efektif yang datang dari seluruh elemen masyarakat. Bahkan, sebagian publikasi ilmiah terkini menyampaikan bahwa intervensi Covid-19 sudah mulai beralih dari patient-centered care menjadi community–centered care (Nacoti et al, 2020). Maksudnya, penanganan pandemik ini sudah difokuskan dan berbasis pada seluruh komponen yang ada masyarakat. Dengan kata lain, keberhasilan penanganan Covid-19, salah satunya ditentukan oleh seberapa tanggap masyarakat berespon terhadap situasi yang ada.

Hanya saja, di antara kelemahan community-centered care adalah dengan semakin meningkatnya temuan kasus positif Covid-19 ini, seringkali menjadi lahan empuk beredarnya berita-berita yang dipertanyakan kebenarannya. Oleh karena itu, untuk meluruskan banyak berita tersebut, World Health Organization (2020-a) secara resmi menyampaikan 14 fakta menarik seputar Covid-19, di antaranya:

Fakta 1: transmisi virus corona dapat terjadi baik di lingkungan panas atau lembab

Maksudnya, seorang yang tinggal di lingkungan panas atau lembab tetap berpotensi tertular. Cara yang terbaik untuk mencegah penularan tersebut adalah dengan rutin mencuci tangan dan menghindari menyentuh mulut, mata serta hidung.

Fakta 2: suhu yang dingin atau bahkan suhu salju tidak bisa membunuh virus corona

Maksudnya, WHO menegaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan virus corona akan mati dalam suhu dingin.

Fakta 3: mandi dengan air hangat tidak akan mencegah penularan virus corona

Maksudnya, seorang yang telah mandi hangat tetap saja berpotensi tertular virus corona jika ia tidak menjaga kebersihan tangannya.

Fakta 4: penularan virus korona tidak akan terjadi melalui gigitan nyamuk

Maksudnya, tidak ada penelitian ilmiah yang membenarkan bahwa virus corona dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk. Karena virus ini memiliki target organ respirasi yang ditularkan melalui percikan droplet atau air ludah dari orang yang sudah terinfeksi, baik yang sudah menunjukkan gejala atau belum menunjukkan gejala.

Fakta 5: pengering tangan tidak efektif membunuh virus korona

Maksudnya, menggunakan pengering tangan saja tidak dapat membunuh virus korona. Namun, cuci tangan tetap harus dilakukan, setelah selesai baru boleh menggunakan pengering tangan seperti yang sering ada di beberapa toilet di supermarket atau hotel.

Fakta 6: desinfektan dalam bentuk penyinaran sinar ultraviolet sebaiknya tidak dilakukan

Maksudnya, penggunaan desinfektan jenis ini dapat membuat iritasi pada kulit sehingga perlu dihindari.

Fakta 7: alat deteksi suhu dan virus corona

Maksudnya, alat pendeteksi suhu (yang ada di bandara, misalnya) hanya sebatas mendeteksi suhu yang abnormal (panas, misalnya) yang disebabkan karena infeksi atau karena sebab lain. Namun, alat tersebut tidak bisa memastikan bahwa panas tubuh tersebut apakah karena virus corona atau tidak.

Fakta 8: alkohol, klorin dan penyemprot

Maksudnya, jika virus sudah memasuk ke tubuh, maka penyemprotan klorin atau alcohol atau desinfektan lain tidak bisa membunuh virus. Namun justru akan merusak mukosa atau organ seperti mata. Akan lebih berbahaya lagi, jika desinfektan tersebut sampai terhirup dan masuk ke paru-paru, karena akan pelan-pelan merusak organ pernafasan tersebut.

Jika tetap ingin menggunakan atau menyemprotkan desinfektan pada permukaan benda tertentu, sebaiknya tetap di bawah rekomendasi dan pengawasan pakar di bidangnya. Jangan membuat desinfektan sendiri tanpa mengetahui dosis bahan dan juga tanpa ditunjang dari referensi yang valid, karena hal ini justru malah akan membahayakan tubuh itu sendiri. Jadi, sebaiknya tetap berhati-hati dan bertanya kepada ahlinya sebelum membuat atau menggunakan desinfektan dari bahan apa saja.

Fakta 9: vaksin pneumonia tidak akan mengatasi virus corona

Maksudnya, meski virus corona menyebabkan pneumonia, penggunaan vaksin antipneumonia tidak akan memproteksi dari bahaya virus ini.

Fakta 10: rutin mencuci hidung dengan cairan normal saline (NaCl, misalnya) tidak memproteksi dari virus corona

Maksudnya, cairan NaCl tidak memiliki efektifitas mengatasi infeksi virus corona.

Fakta 11: makan bawang putih tidak dapat memproteksi dari virus corona

Maksudnya, bawang putih memiliki efektifitas membunuh bakteri. Hanya saja untuk membunuh virus corona, tidak ada penelitian ilmiah yang mendukung hal tersebut.

Fakta 12: virus corona dapat menyerang manusia di berbagai rentang umur

Maksudnya, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia memiliki peluang terinfeksi virus corona. Hanya saja, lansia dan seorang dengan kondisi medis tertentu (asma, penyakit jantung, dan diabetes) adalah kelompok yang sangat rawan tertular dan bahkan beresiko menyebabkan hal yang fatal (kematian, misalnya), sehingga WHO menyarankan kepada mereka untuk rutin melakukan cuci tangan.

Fakta 13: antibiotik tidak akan mengatasi infeksi virus corona

Maksudnya, antibiotik secara spesifik akan mengatasi infeksi karena bakteri. Sementara itu corona adalah salah satu jenis virus, sehingga penggunaan atau peresepan antibiotik seharusnya tidak dilakukan. Begitu juga peresepan antibiotik hanya berlandaskan kecurigaan atau dugaan saja, juga semestinya tidak dilakukan. Pembuktian klinis sangat diperlukan sebelum pemberian antibiotik, khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan organ sistem pernafasan.

Fakta 14: belum ada obat khusus untuk mengatasi virus corona secara langsung

Maksudnya, sejauh ini terapi untuk pasien yang mengalami virus korona hanya sebatas simptomatik. Artinya, terapi diberikan berdasarkan gejala. Jika panas diberikan antipiretik, jika pasien mengalami sesak nafas diberikan alat bantu nafas dan lain sebagainya. Namun kabar baiknya, WHO kini tengah memfasilitasi pembuatan vaksin anti virus korona.

Kesimpulannya, meskipun telah banyak berita tentang Covid-19 yang lalu lalang di media, kita harus tetap cerdas dalam menyaring berita tersebut. Tetap kroscek dengan literature terkini atau dari lembaga International yang kredibel menangani kasus Covid-19. Di samping itu, kita juga semestinya tidak membagikan informasi tentang Covid-19, dimana kita sama sekali tidak mengetahui kebenarannya, sehingga malah berpotensi menjadi kontra produktif di tengah-tengah masyarakat.

 

Referensi:

World Health Organization. (2020-a). Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public: Myth busters. Retrieved from https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/myth-busters (Accessed 31 March 2020)

 

World Health Organization. (2020-b). Coronavirus disease (COVID-19) Pandemic. Retrieved from https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 (Accessed 31 March 2020)

 

Worldometer. (2020). COVID-19 CORONAVIRUS PANDEMIC. Retrieved from https://www.worldometers.info/coronavirus/ (Accessed 31 March 2020)

 

Nacoti, M., Ciocca, A., Giupponi, A., Brambillasca, P., Lussana, F., Pisano, M., . . . Montaguti, C. (2020). At the Epicenter of the Covid-19 Pandemic and Humanitarian Crises in Italy: Changing Perspectives on Preparation and Mitigation. Catalyst non-issue content, 1(2). doi:10.1056/CAT.20.0080

 

 

*Doctoral Candidate in Nursing, International Program, Mahidol University, Thailand

*Awardee Beasiswa LPDP Kementerian Keuangan RI Tahun 2016, Program Doktor Luar Negeri

*Dosen Keperawatan, FIKES UMMagelang

 

Emails: [email protected] / [email protected]

ORCID: https://orcid.org/0000-0003-2156-3374