Kajian Online Pekanan
Pekan ke-3: Seri Kepribadian Seorang Muslim
Edisi Mei 2025
FIKES UNIMMA
Kepribadian Seorang Muslim (13): Tidak mudah iri
“Jika Allah memberikan nikmat pada saudaramu, lantas engkau benci, atau engkau malah suka nikmat tersebut hilang, itu jelas tidak diperbolehkan” (‘Umdah Al-Qari Syarh Shahih Bukhari no.2:87 karya Badr Ad-Din Al Aini).
Secara singkat, ucapan tersebut merupakan wejangan akan pentingnya mengendalikan hati agar tidak lepas kendali (iri) dengan nikmat orang lain.
Terdapat beberapa perspektif menarik seputar iri yang mungkin bisa kita jadikan referensi:
Pertama
Rezeki yang orang lain dapatkan belum tentu baik dan cocok untuk kita. Boleh jadi Allah menakarnya tidak sama antara kita dengan orang lain dengan tujuan kebaikan yang mungkin akan kita pahami di kemudian hari.
Kedua
Hasad atau iri memiliki impact factor tinggi (sangat berdampak) di kehidupan sehari-hari. Misalnya, orang yang iri biasanya akan menunjukkan sikap, perkataan, atau perbuatan yang mengindikasikan ketidaksukaan terhadap nikmat orang lain. Bahkan ia akan berusaha menjauhkan orang yang dia benci dengan orang lain melalui menyebut kejelekan atau memprovokasi untuk membencinya.
Perasaan iri hati pada dasarnya tidak hanya sampai di pikiran semata, tapi juga bisa terwujud melalui tindakan seperti di atas. Itulah kenapa Nabi melarang iri.
Ketiga
Sebesar apapun rasa iri, hal itu tidak akan mengurangi atau menghilangkan nikmat Allah pada orang lain.
Oleh karena itu, jangan terlalu diambil pusing atas capaian orang lain. Adakalanya cuek dalam hal-hal seperti itu. Karena terkadang, berlebihan memperhatikan nikmat orang lain akan berujung membandingkan nikmat dan umumnya berakhir kurang baik (semakin iri).
Jika memang ingin membandingkan nikmat, maka dengan diri sendiri saja 10 tahun atau beberapa tahun lalu. Karena satu-satunya orang yang “aman” untuk dibanding-bandingkan nikmatnya ya diri kita sendiri. Mungkin versi sekarang berbeda dengan yang dulu. Mungkin tambah ini itu dan lain sebagainya.
Keempat
Segala bentuk nikmat yang orang lain dapatkan adalah kebaikan. Kita tidak pernah tahu bagaimana ia berjuang pagi siang malam untuk memperolehnya. Oleh sebab itu, supaya tidak muncul iri, cara pandang kita terhadap nikmat orang lain harus diperbaiki.
Kelima
“Grass is always greener on the other side”.
Ungkapan ini menggambarkan kecenderungan seseorang untuk merasa bahwa keadaan, situasi, atau kehidupan orang lain tampak lebih baik, lebih menarik, atau lebih menguntungkan dibandingkan apa yang dimilikinya. Namun nyatanya, hal tersebut seringkali tidak sepenuhnya benar.
Keenam
Rasa iri muncul biasanya karena mungkin di dalam hati kita sedang ada ketidaknyamanan dan ketidakjelasan tentang diri kita sendiri atau dengan kehidupan orang lain.
Sebenarnya, kalau kehidupan kita sedang mandali (aman terkendali), Insyaallah hati kita akan netral dengan nikmat orang lain. Bahkan ikut senang dengan capaian mereka. Namun ketika sedang ngga beres, akan menjadi lain lagi ceritanya.
Ketujuh
Hidup ini bukan sebuah kompetisi untuk menjadi yang ter-titik titik. Kita tidak perlu berlomba-lomba dalam hal yang tidak penting untuk urusan dunia atau akhirat kita. Hal ini supaya tidak muncul iri.
Alhasil…
Rezeki sudah menjadi ketetapan Allah. Namun, menjadi kaya atau miskin adalah pilihan seorang Muslim. Ukuran kaya tidak selalu banyak harta dan ukuran miskin tidak selalu kurang harta. Karena ada banyak orang yang sudah punya apa-apa tapi masih saja selalu merasa kekurangan.
Ada orang yang sangat kaya namun….Ada orang yang hidupnya kecukupan, namun….Ada banyak “namun” yang pada akhirnya semakin menyadarkan kita akan pentingnya berterimakasih atas semua nikmat sehingga terhindar dari iri.
Ungkapan “Iri tanda tak mampu” mungkin ada benarnya juga, yaitu “…tak mampu bersyukur”.
Semoga Allah menghindarkan kita dari rasa iri kepada orang lain pada hari ini dan seterusnya, Aamiin.
Recent Comments