Kepribadian Seorang Muslim (16): Cerdas menakar nasihat

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-4: Seri Kepribadian Seorang Muslim
Edisi Agustus 2025
FIKES UNIMMA

Kepribadian Seorang Muslim (16): Cerdas menakar nasihat

Menasihati orang lain adalah hal yang sangat baik dan termasuk ibadah yang mulia. Namun, memberikan nasihat juga perlu strategi. Salah satunya adalah menghindari overdosis menasihati.

Karena hal ini sejalan dengan contoh dari Nabi dan juga terlalu sering menasihati dapat mengurangi efektivitas nasihat itu sendiri (HR. Muslim, no.55, Shahih; HR. Muslim, no.2821, Shahih).

Di sisi lain, orang yang dinasihati perlu kesiapan yang baik untuk memahami. Jika disampaikan setiap hari, maka ada potensi mereka bingung nasihat mana yang harus diprioritaskan atau bagaimana memahami semua nasihat tersebut. Karena setiap orang punya kemampuan yang berbeda-beda dalam mencerna sebuah pesan.

Mungkin mereka akan paham setelah satu hari, satu minggu, satu bulan, atau lebih dari itu.

Bagian terpenting dari proses menasihati adalah membuat hati dan pikiran orang lain patuh menerima nasihat. Apalagi jika nasihat tersebut berkaitan dengan halal haram sesuatu.

Singkat kata, seorang Muslim harus cerdas menakar nasihatnya. Jangan terlalu sering, karena bisa jadi mereka akan jenuh dengan nasihat kita.

Ketika sudah jenuh, tujuan dan filosofi nasihat itu bisa dipastikan tidak akan tercapai.

Demikianlah keteladanan yang dicontohkan Nabi.

Semoga bermanfaat.

Tanda Hari Kiamat (26): Buruknya interaksi bertetangga

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-3: Seri Tanda Hari Kiamat
Edisi Agustus 2025
FIKES UNIMMA

Tanda Hari Kiamat (26): Buruknya interaksi bertetangga

Nabi menyampaikan bahwa di antara tanda semakin dekatnya Hari Kiamat adalah mulai banyaknya interaksi yang buruk dengan tetangga (HR Ahmad No.X/26-31, Shahih).

“Tetangga” adalah mereka yang rumahnya menempel dengan dinding rumah kita, atau yang berjama’ah shalat di masjid bersama kita, atau warga yang tinggal satu kampung, atau warga satu kota, atau empat puluh rumah (40) dari setiap penjuru arah rumah kita (Mughnil Muhtaj No.4: 95 karya Al Shirbini).

Nabi menegaskan bahwa kebaikan iman seseorang dapat dinilai dari baik atau buruknya kehidupan bertetangga (HR. Bukhari No. 6018, Shahih). Maka, menjaga hubungan yang harmonis adalah sebuah keharusan, tanpa memandang apakah tetangga kita itu Muslim atau non-Muslim.

Namun, di tengah dinamika sosial yang kompleks yang bercampur dengan sifat egosentris, nilai-nilai moral tersebut sayangnya sering tergerus. Hal ini memicu kerumitan berinteraksi dengan tetangga.

Contoh, memutar musik/film dengan suara over loud, memarkir kendaraan yang menghalangi akses, mengganggu secara fisik, tidak menghormati batas properti tetangga, tidak berkomunikasi yang baik dengan tetangga, terlalu eksklusif dengan tetangga, dan sebagainya.

Semoga Allah menjaga interaksi kita dengan tetangga, Aamiin.

Tafsir Surat Quraisy (2 – terakhir)

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-2: Seri Tafsir Juz ‘Amma
Edisi Agustus 2025
FIKES UNIMMA

Tafsir Surat Quraisy (2 – terakhir)

Bagian pertama Tafsir surat ini sudah disampaikan di edisi lalu dan dapat diakses melalui tautan di bawah ini:

https://fikes.unimma.ac.id/tafsir-surat-quraisy/

Berikut kelanjutannya.

Keempat
Surat ini mengajarkan bahwa sesulit apapun kondisi kehidupan seorang Muslim, maka jangan pernah menduakan Allah dalam Ibadah.

Misalnya, mempercayai zodiak, membenarkan ucapan dukun, memakai jimat, menggunakan penglaris, memelihara tuyul atau jin, meyakini hari-hari sial, dan hal-hal yang sejenis lainnya.

Kelima
Surat ini mendidik untuk selalu mensyukuri nikmat makanan dan rasa aman. Karena dua hal tersebut merupakan sebagian dari pokok ketenangan hidup seorang Muslim.

Terpenuhinya kebutuhan makanan tapi tanpa rasa aman, atau sebaliknya, lingkungan yang aman tapi tanpa ketersediaan makanan, akan menimbulkan beragam masalah. Apalagi jika keduanya tidak terpenuhi, maka kehidupan akan menjadi semakin rumit. Dan inilah salah satu potret realitas yang dialami kaum Muslimin di Palestina saat ini.

Semoga Allah segera menuntaskan segala masalah mereka, Aamiin.

Selesai Tafsir Surat Quraisy.

Al `Aliim

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-1: Seri Aqidah Nama & Sifat Allah
Edisi Agustus 2025
FIKES UNIMMA

Al `Aliim

Al ‘Aliim bermakna bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dengan detail, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam no.1/409 karya Ibnu Rajab Al Hambali).

Di antara dalil dari nama ini adalah QS. Al Maidah ayat 97 dan Al Imran ayat 35.

Dari nama Al ‘Aliim ini, setiap Muslim diajarkan untuk senantiasa berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan. Sebab tidak ada satu pun rahasia yang tersembunyi dari pandangan-Nya. Bahkan niat (baik atau buruk) yang terlintas di dalam hati kita sekalipun akan diketahui Allah.

Selain itu, memahami nama Al-‘Alim juga membawa ketenangan hidup bagi seorang Muslim ketika menghadapi kesulitan atau ketidakpastian. Dengan nama ini, kita diajarkan untuk berserah diri, tawakal, dan mempercayai rencana Allah. Kita tidak perlu putus asa ketika menghadapi sesuatu yang belum jelas akhirnya, karena pengetahuan Allah jauh lebih luas daripada apa yang kita ketahui.

Semoga bermanfaat.

Kepribadian Seorang Muslim (15): Bersikap wara’

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-4: Seri Kepribadian Seorang Muslim
Edisi Juli 2025
FIKES UNIMMA

Kepribadian Seorang Muslim (15): Bersikap wara’

Wara’ adalah sikap bijak dalam meninggalkan sesuatu yang masih syubhat dan tidak berlebihan dalam melakukan sesuatu yang mubah (Madarijus Salikin karya Ibnu Qudamah).

Syubhat adalah hal yang belum jelas halal haramnya atau baik buruknya. Jika kita dihadapkan dengan hal tersebut, maka lebih baik ditinggalkan/dijauhi/tidak dipilih/tidak dilakukan. Lebih aman. Karena hal yang tidak jelas statusnya dan dipaksakan untuk dipilih, biasanya cenderung rentan berdampak negatif.

Sementara itu, mubah adalah sesuatu yang dibolehkan syariat. Meski begitu, Nabi menekankan untuk tidak berlebihan dalam hal tersebut. Misalnya, menghindari berlebihan dalam berbelanja, berlebihan melakukan hobi atau rekreasi, bekerja dalam rentang waktu yang tidak wajar, atau bersantai secara berlebihan sehingga mengurangi produktivitas, dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, Nabi mengingatkan pentingnya memiliki karakter wara’ karena dapat membawa kebaikan dunia akhirat (HR. Bukhari no.52, Shahih). Meskipun efek wara’ mungkin tidak langsung terasa, namun banyak orang yang kemudian menyadari betapa pentingnya sifat ini dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga bermanfaat.

Tanda Hari Kiamat (25): Maraknya ucapan toxic

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-3: Seri Tanda Hari Kiamat
Edisi Juli 2025
FIKES UNIMMA

Tanda Hari Kiamat (25): Maraknya ucapan toxic

Nabi menyampaikan bahwa di antara tanda semakin dekatnya Hari Kiamat adalah maraknya ucapan kotor serta manusia terbiasa melakukannya (HR. Ahmad no.X/26-31 dan dishahihkan oleh Adz Dzhahabi).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kata kotor sebagai kata-kata yang melanggar norma kesusilaan, tidak patut, atau kata yang tidak senonoh.

Tanda tersebut nampaknya sudah terlihat di banyak tempat, baik di sosial media atau di obrolan sehari-hari. Bahkan sebagian masyarakat sudah terbiasa mengucapkannya sehingga seolah-olah dianggap biasa (ternormalisasi). Padahal hal tersebut tidak biasa dan tidak normal.

Sebagai contoh -mohon maaf-, plesetan dari kata anjing (anjay, anjrit, anjir), dan masih banyak yang lainnya.

Bagi seorang Muslim, sudah sangat jelas kata-kata atau kalimat mana yang pantas untuk diucapkan dan mana yang tidak. Namun, terkadang respon reflek dapat memicu keluarnya kata-kata tersebut. Sayangnya, refleks ini muncul karena kebiasaan atau pengaruh dari lingkungan sekitar yang terbiasa menggunakan ungkapan tersebut.

Benar apa yang disampaikan Nabi bahwa lingkungan akan membentuk perilaku seseorang (HR. Bukhari no.5534, Shahih). Jika lingkungan baik, maka akan baik perilakunya. Begitu juga sebaliknya.

Semoga Allah menjaga ucapan kita semuanya, aamiin.