Tafsir Surat Al Kautsar

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-2: Seri Tafsir Juz ‘Amma
Edisi Mei 2025
FIKES UNIMMA

Tafsir Surat Al Kautsar

Berikut beberapa faedah dari surat tersebut:

Pertama
Surat tersebut diturunkan kepada Nabi saat sudah hijrah ke Madinah (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 476 karya Ibnu Katsir). Waktu itu beliau sedang tidur ringan dan turun surat tersebut.

Kedua
Nama surat tersebut di ambil dari nama Sungai atau Telaga di surga.

Al Kautsar adalah sungai di surga yang akan didatangi oleh umat Nabi pada hari kiamat. Gelas di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Airnya lebih putih dari air susu dan rasanya lebih manis dari madu. Seorang yang meminum air tersebut tidak akan haus selamanya (HR. Muslim no.400, no.2300, Shahih).

Ketiga
Surat tersebut menekankan pentingnya mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Namun, ada sebagian orang yang membuat inovasi baru dalam agama sehingga menyimpang dari ajaran asli, yang dapat mengakibatkan mereka kehilangan kesempatan untuk minum air di Telaga Al Kautsar (HR. Muslim no.400, Shahih).

Keempat
Surat ini mengajarkan untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah (Tafsir Juz ‘Amma karya Musthofa Al ‘Adawi).

Bersyukur adalah meyakini dalam hati bahwa nikmat tersebut murni dari Allah, mengucapkan “Alhamdulillah”, dan menggunakan nikmat tersebut untuk hal yang halal serta thayyib.

Kelima
Surat ini mendidik umat Islam untuk tidak membenci Nabi, ajaran beliau serta orang-orang yang telah mengamalkan ajaran beliau.

Semoga bermanfaat.

Ar Razzaq

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-1: Seri Aqidah Nama & Sifat Allah
Edisi Mei 2025
FIKES UNIMMA

Ar Razzaq

Ar Razzaaq adalah salah satu nama Allah yang bermakna bahwa Allah banyak memberi rezeki (QS. Fathir ayat 3, QS. adz-Dzariyat ayat 58). Berkaitan dengan nama ini, terdapat beberapa point penting seputar rezeki:

1) Rezeki adalah semua kebaikan dan manfaat yang dinikmati seorang manusia, baik berbentuk konkret atau abstrak (Syarah Shahih Muslim no. 16/141 karya An Nawawi).

Rezeki tidak selalu identik dengan uang, namun lebih luas dari itu. Misalnya, kesehatan, keamanan, ketenangan batin dan lainnya juga termasuk rezeki.

2) Setiap manusia, baik itu Muslim ataupun kafir, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan rezeki dan kesenangan dunia.

Namun rezeki yang berkaitan dengan hati, tidak akan diberikan kecuali kepada mereka yang dicintai Allah. Misalnya, paham ilmu agama, keimanan, nikmat ibadah, rasa takut kepada Allah dan sebagainya (Tafsir As Sa’di tentang Al Baqarah ayat 212).

3) Rezeki yang baik adalah ketika rezeki tersebut halal, thayyib dan semakin menjadikan pemiliknya low profile/rendah hati.

4) Rezeki yang kita miliki semestinya digunakan untuk memperkuat ibadah kepada Allah sebagai bentuk ucapan terimakasih.

Ibaratnya, seorang yang telah diberi sesuatu yang baik, semestinya ia juga harus berbuat baik kepada yang telah memberi.

5) Kita bukan pemilik mutlak dari apa yang sudah kita miliki sekarang. Suatu saat akan diambil oleh yang memberi (Allah). Oleh karena itu, seorang Muslim tidak seharusnya berlebihan mensikapi rezeki.

6) Rezeki tidak akan tertukar karena Allah sangat tepat dalam menakar. Tepat sasaran dan tepat porsinya.

Atas dasar inilah, seorang Muslim tidak diperkenankan iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Karena sifat tersebut, pada dasarnya tidak suka dengan pembagian Allah kepada orang lain. Selain itu, iri dapat menjadi beban hati dan hal ini tidak sehat bagi fisik atau psikis.

7) Seorang manusia tidak akan meninggal dunia sampai jatah rezekinya habis atau sempurna (Silsilah Al Ahadits As Shahihah no. 2866 karya Al Albani). Singkat kata, selagi manusia masih hidup, maka rezeki Insyaallah akan selalu ada. Tinggal kita-nya saja, mau menjemputnya atau tidak.

Semoga bermanfaat.

Merasa tidak sempurna dalam beramal itu baik

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-4: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Merasa tidak sempurna dalam beramal itu baik

Merasa tidak sempurna dalam beramal adalah sikap yang baik dan mulia bagi seorang Muslim. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran diri, kerendahan hati, serta keinginan untuk istiqamah, terlebih lagi setelah Ramadhan selesai.

Seseorang yang merasa amalnya belum sempurna akan terhindar dari sifat sombong atau merasa cukup dengan apa yang telah dilakukan. Ia akan selalu introspeksi, menyadari kekurangan, dan berusaha meningkatkan kualitas maupun kuantitas amalnya di masa mendatang.

Beberapa hari lagi bulan Syawal akan usai, maka teruslah beramal dan menjaga konsistensinya meski hanya amal yang kecil atau nampak sepele di hadapan manusia. Mungkin yang sepele itu di mata manusia, barangkali akan sangat bernilai di sisi Allah subhaanahu wa ta’ala (HR. Abu Daud no. 4084, Shahih).

Semoga Allah subhaanahu wa ta’ala memanjangkan usia kita supaya dapat berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan dan Syawal tahun 2026, Aamiin.

Bulan syawal: bulan menjaga kehormatan diri

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-3: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Bulan syawal: bulan menjaga kehormatan diri

Bulan Syawal, dengan segala keutamaannya, hadir sebagai momentum yang tepat untuk meningkatkan amal ibadah. Salah satu ibadah fundamental yang ditekankan adalah penjagaan terhadap kehormatan seorang Muslim (Syarh Shahih Muslim 9/209 karya Imam An Nawawi).

Kehormatan (atau al ‘irdh) dalam Islam mencakup harga diri, nama baik, dan kesucian diri. Bulan Syawal seharusnya menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya menjaga kehormatan seorang Muslim. Sayangnya, di tengah kemuliaan bulan ini, baru-baru ini kita dihadapkan pada maraknya kasus yang berkaitan dengan fitnah syahwat atau pelecehan seksual.

Tindakan tersebut tidak hanya melanggar norma masyarakat, tetapi juga bertentangan dengan ajaran Islam.

Maka dari itu, sebagai seorang Muslim, mari kita jadikan bulan Syawal ini sebagai kesempatan untuk lebih meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian dalam berperilaku. Serta berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah, menegur dan menasehati segala bentuk perilaku atau perbuatan yang berpotensi memicu fitnah syahwat.

Semoga bermanfaat.

Puasa syawal dan suci seperti bayi

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-2: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Puasa syawal dan suci seperti bayi

Sebuah hadits menjelaskan:

Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari dari bulan Syawwal, maka dia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dilahirkan dari perut ibunya.

(HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath).

Hadits ini memiliki tekstual yang menarik dan memotivasi untuk berpuasa syawal. Hanya saja, hadits tersebut adalah palsu atau tidak valid. Sebagian referensi menyampaikan bahwa hadits tersebut dibuat oleh orang yang gemar memalsukan hadits (Silsilah adh Dha’ifah no. 5190, 11/309 karya Al Albani).

Dikarenakan “palsu”, maka tidak benar jika seorang yang berpuasa ramadhan kemudian lanjut puasa syawal akan berguguran semua dosanya sehingga akan seperti bayi yang baru lahir.

Sebenarnya masih banyak hadits shahih yang menjelaskan keutamaan puasa syawal. Misalnya akan mendapatkan pahala seperti puasa setahun (HR. Muslim no. 1164, Shahih).

Menarik untuk diketahui bahwa agama Islam dibangun di atas landasan evidence yang valid dan shahih. Oleh karena itu, banyak pakar hadits yang berdedikasi untuk memilah dan memverifikasi hadits-hadits yang shahih, lemah, atau bahkan palsu. Motivasi mereka adalah untuk menjaga kemurnian ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi dan Sahabatnya, serta melindungi agama dari distorsi yang dapat disebabkan oleh hadits palsu.

Seperti halnya uang palsu yang dapat menimbulkan masalah, hadits palsu juga dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap pemahaman agama.

Semoga bermanfaat.

Amalan kita belum fix diterima Allah

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-1: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Amalan kita belum fix diterima Allah

Ramadhan tahun ini telah berlalu dan barangkali sudah banyak amal atau kebaikan yang telah dilakukan. Mulai puasa, shalat tarawih, sedekah, dan sebagainya. Tidak sedikit, sebagian dari kita kaum Muslimin yang memaksimalkan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Namun sekarang tersisa satu pertanyaan, yaitu apakah amal tersebut fix diterima Allah? Inilah yang masih menjadi kekuatiran seorang Muslim.

Sebagian literatur menyampaikan beberapa tanda jika amal diterima (Madarijus Salikin no.6/62 karya Ibnu Qudamah). Akan tetapi, itu hanya tanda dan tidak menunjukkan kepastian diterimanya.

Oleh karena itu, salah satu hal yang dapat kita lakukan saat ini dan seterusnya adalah menumbuhkan harapan dengan terus istiqamah berdoa sebagaimana dalam QS. Al Baqarah ayat 127:

“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”