Al `Aliim

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-1: Seri Aqidah Nama & Sifat Allah
Edisi Agustus 2025
FIKES UNIMMA

Al `Aliim

Al ‘Aliim bermakna bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dengan detail, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam no.1/409 karya Ibnu Rajab Al Hambali).

Di antara dalil dari nama ini adalah QS. Al Maidah ayat 97 dan Al Imran ayat 35.

Dari nama Al ‘Aliim ini, setiap Muslim diajarkan untuk senantiasa berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan. Sebab tidak ada satu pun rahasia yang tersembunyi dari pandangan-Nya. Bahkan niat (baik atau buruk) yang terlintas di dalam hati kita sekalipun akan diketahui Allah.

Selain itu, memahami nama Al-‘Alim juga membawa ketenangan hidup bagi seorang Muslim ketika menghadapi kesulitan atau ketidakpastian. Dengan nama ini, kita diajarkan untuk berserah diri, tawakal, dan mempercayai rencana Allah. Kita tidak perlu putus asa ketika menghadapi sesuatu yang belum jelas akhirnya, karena pengetahuan Allah jauh lebih luas daripada apa yang kita ketahui.

Semoga bermanfaat.

Kepribadian Seorang Muslim (15): Bersikap wara’

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-4: Seri Kepribadian Seorang Muslim
Edisi Juli 2025
FIKES UNIMMA

Kepribadian Seorang Muslim (15): Bersikap wara’

Wara’ adalah sikap bijak dalam meninggalkan sesuatu yang masih syubhat dan tidak berlebihan dalam melakukan sesuatu yang mubah (Madarijus Salikin karya Ibnu Qudamah).

Syubhat adalah hal yang belum jelas halal haramnya atau baik buruknya. Jika kita dihadapkan dengan hal tersebut, maka lebih baik ditinggalkan/dijauhi/tidak dipilih/tidak dilakukan. Lebih aman. Karena hal yang tidak jelas statusnya dan dipaksakan untuk dipilih, biasanya cenderung rentan berdampak negatif.

Sementara itu, mubah adalah sesuatu yang dibolehkan syariat. Meski begitu, Nabi menekankan untuk tidak berlebihan dalam hal tersebut. Misalnya, menghindari berlebihan dalam berbelanja, berlebihan melakukan hobi atau rekreasi, bekerja dalam rentang waktu yang tidak wajar, atau bersantai secara berlebihan sehingga mengurangi produktivitas, dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, Nabi mengingatkan pentingnya memiliki karakter wara’ karena dapat membawa kebaikan dunia akhirat (HR. Bukhari no.52, Shahih). Meskipun efek wara’ mungkin tidak langsung terasa, namun banyak orang yang kemudian menyadari betapa pentingnya sifat ini dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga bermanfaat.

Tanda Hari Kiamat (25): Maraknya ucapan toxic

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-3: Seri Tanda Hari Kiamat
Edisi Juli 2025
FIKES UNIMMA

Tanda Hari Kiamat (25): Maraknya ucapan toxic

Nabi menyampaikan bahwa di antara tanda semakin dekatnya Hari Kiamat adalah maraknya ucapan kotor serta manusia terbiasa melakukannya (HR. Ahmad no.X/26-31 dan dishahihkan oleh Adz Dzhahabi).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kata kotor sebagai kata-kata yang melanggar norma kesusilaan, tidak patut, atau kata yang tidak senonoh.

Tanda tersebut nampaknya sudah terlihat di banyak tempat, baik di sosial media atau di obrolan sehari-hari. Bahkan sebagian masyarakat sudah terbiasa mengucapkannya sehingga seolah-olah dianggap biasa (ternormalisasi). Padahal hal tersebut tidak biasa dan tidak normal.

Sebagai contoh -mohon maaf-, plesetan dari kata anjing (anjay, anjrit, anjir), dan masih banyak yang lainnya.

Bagi seorang Muslim, sudah sangat jelas kata-kata atau kalimat mana yang pantas untuk diucapkan dan mana yang tidak. Namun, terkadang respon reflek dapat memicu keluarnya kata-kata tersebut. Sayangnya, refleks ini muncul karena kebiasaan atau pengaruh dari lingkungan sekitar yang terbiasa menggunakan ungkapan tersebut.

Benar apa yang disampaikan Nabi bahwa lingkungan akan membentuk perilaku seseorang (HR. Bukhari no.5534, Shahih). Jika lingkungan baik, maka akan baik perilakunya. Begitu juga sebaliknya.

Semoga Allah menjaga ucapan kita semuanya, aamiin.

Tafsir Surat Quraisy (Bagian 1)

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-2: Seri Tafsir Juz ‘Amma
Edisi Juli 2025
FIKES UNIMMA

Tafsir Surat Quraisy (Bagian 1)

Berikut beberapa hal menarik dari surat ini, yaitu:

Pertama
Surat Quraisy tergolong Surat Makkiyah yaitu surat yang turun di Makkah atau sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Ia adalah surat ke-29 yang diturunkan kepada Nabi.

Kedua
Quraisy bukanlah suku yang jahat, kejam, memusuhi kebenaran dan anti Allah.

Namun, Quraisy merupakan nama kabilah / suku yang melahirkan individu-individu dengan beragam karakter, baik yang shalih maupun yang tidak. Nabi Muhammad beserta mayoritas sahabat Muhajirin adalah keturunan asli dari kabilah ini.

Bahkan nama Quraisy berasal dari nama kakek Nabi Muhammad yang ke-11 atau 13, dimana kakek beliau juga keturunan Nabi Ismail alaihisallam (HR. Muslim, no.2276, Shahih).

Ketiga
Surat ini masih ada kaitannya dengan surat Al Fiil, dimana Allah memenangkan kabilah Quraisy dari pasukan Gajah.

Pasukan tersebut datang dari Yaman atas perintah Gubernur yang bernama Abrahah. Awalnya ia berencana menghancurkan Ka’bah dan memindahkan ibadah haji ke Yaman, namun gagal total. Karena Allah mengirimkan banyak burung yang membawa batu untuk menyerang pasukan tersebut.

Kisah tersebut terjadi 40 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Bahkan, sebagian saksi mata peristiwa itu masih hidup ketika Muhammad di angkat menjadi Nabi/Rasul. (Referensi: Kisah Pasukan Bergajah dari Website Al Manhaj).

Bersambung…

Al Fattaah

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-1: Seri Aqidah Nama & Sifat Allah
Edisi Juli 2025
FIKES UNIMMA

Al Fattaah

Al Fattah merupakan salah satu nama Allah yang bermakna bahwa Allah maha membuka pintu rezeki dan maha memutuskan sesuatu di dunia (An Nihayah fi Gariibil Hadits wal Atsar no.3/771 karya Ibnu Atsir Al Jazari).

Maha membuka pintu rezeki maksudnya, Allah satu-satunya Dzat yang memiliki kekuasaan memberikan rezeki. Meskipun seringkali melalui perantara manusia.

Rezeki tidak hanya terbatas materi. Tetapi juga mencakup segala bentuk kebaikan dan kemudahan dalam hidup. Misalnya kesehatan, kebahagiaan, keamanan, kenyamnan, rezeki ilmu, rasa optimis, dan sebagainya.

Sementara itu, maha memutuskan sesuatu maksudnya Allah berkuasa untuk memutuskan sesuatu dalam semua aspek kehidupan.

Misalnya, keputusan tentang keberhasilan hidup. Seseorang yang totalitas berusaha, maka mungkin di kemudian hari Allah akan memutuskan untuk memberinya keberhasilan dalam mencapai keinginannya. Asalkan itu baik bagi dunia dan akhiratnya, maka insyaallah Allah akan membantu mewujudkannya.

Sebaliknya, seseorang yang menginginkan sesuatu hal baik namun setengah-setengah usahanya, maka mungkin ia tidak akan mencapai keberhasilan sebagaimana yang diinginkan.

Karena Allah hanya akan memberikan keberhasilan kepada mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah patah semangat.

Semoga bermanfaat.

Kepribadian Seorang Muslim (14): Hanya sibuk dengan yang bermanfaat

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-4: Seri Kepribadian Seorang Muslim
Edisi Juni 2025
FIKES UNIMMA

Kepribadian Seorang Muslim (14): Hanya sibuk dengan yang bermanfaat

Salah satu ciri khas karakter atau kepribadian seorang Muslim yang baik adalah senantiasa mengisi waktu dengan aktivitas yang bermanfaat, baik untuk dunia ataupun akhiratnya.

Hal ini sejalan dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan bahwa di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya (HR. At Tirmidzi no.2318, Hasan lighairihi).

Namun perlu digarisbawahi bahwa ukuran “manfaat” atau “tidaknya” sesuatu, tidak bisa ditentukan dari logika, analisis, perasaan atau bahkan hawa nafsu kita pribadi. Tapi wajib ditimbang dan diukur berdasarkan aturan syariat yang telah ditetapkan Allah dan RasulNya.

Singkat kata, sesuatu yang tidak bermanfaat adalah yang juga tidak bermanfaat dalam pandangan syariat. Berlaku juga sebaliknya, sesuatu yang bermanfaat pasti juga bermanfaat atau bahkan dibolehkan untuk dilakukan menurut syariat.