Merasa tidak sempurna dalam beramal itu baik

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-4: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Merasa tidak sempurna dalam beramal itu baik

Merasa tidak sempurna dalam beramal adalah sikap yang baik dan mulia bagi seorang Muslim. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran diri, kerendahan hati, serta keinginan untuk istiqamah, terlebih lagi setelah Ramadhan selesai.

Seseorang yang merasa amalnya belum sempurna akan terhindar dari sifat sombong atau merasa cukup dengan apa yang telah dilakukan. Ia akan selalu introspeksi, menyadari kekurangan, dan berusaha meningkatkan kualitas maupun kuantitas amalnya di masa mendatang.

Beberapa hari lagi bulan Syawal akan usai, maka teruslah beramal dan menjaga konsistensinya meski hanya amal yang kecil atau nampak sepele di hadapan manusia. Mungkin yang sepele itu di mata manusia, barangkali akan sangat bernilai di sisi Allah subhaanahu wa ta’ala (HR. Abu Daud no. 4084, Shahih).

Semoga Allah subhaanahu wa ta’ala memanjangkan usia kita supaya dapat berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan dan Syawal tahun 2026, Aamiin.

Bulan syawal: bulan menjaga kehormatan diri

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-3: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Bulan syawal: bulan menjaga kehormatan diri

Bulan Syawal, dengan segala keutamaannya, hadir sebagai momentum yang tepat untuk meningkatkan amal ibadah. Salah satu ibadah fundamental yang ditekankan adalah penjagaan terhadap kehormatan seorang Muslim (Syarh Shahih Muslim 9/209 karya Imam An Nawawi).

Kehormatan (atau al ‘irdh) dalam Islam mencakup harga diri, nama baik, dan kesucian diri. Bulan Syawal seharusnya menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya menjaga kehormatan seorang Muslim. Sayangnya, di tengah kemuliaan bulan ini, baru-baru ini kita dihadapkan pada maraknya kasus yang berkaitan dengan fitnah syahwat atau pelecehan seksual.

Tindakan tersebut tidak hanya melanggar norma masyarakat, tetapi juga bertentangan dengan ajaran Islam.

Maka dari itu, sebagai seorang Muslim, mari kita jadikan bulan Syawal ini sebagai kesempatan untuk lebih meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian dalam berperilaku. Serta berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah, menegur dan menasehati segala bentuk perilaku atau perbuatan yang berpotensi memicu fitnah syahwat.

Semoga bermanfaat.

Puasa syawal dan suci seperti bayi

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-2: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Puasa syawal dan suci seperti bayi

Sebuah hadits menjelaskan:

Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari dari bulan Syawwal, maka dia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dilahirkan dari perut ibunya.

(HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath).

Hadits ini memiliki tekstual yang menarik dan memotivasi untuk berpuasa syawal. Hanya saja, hadits tersebut adalah palsu atau tidak valid. Sebagian referensi menyampaikan bahwa hadits tersebut dibuat oleh orang yang gemar memalsukan hadits (Silsilah adh Dha’ifah no. 5190, 11/309 karya Al Albani).

Dikarenakan “palsu”, maka tidak benar jika seorang yang berpuasa ramadhan kemudian lanjut puasa syawal akan berguguran semua dosanya sehingga akan seperti bayi yang baru lahir.

Sebenarnya masih banyak hadits shahih yang menjelaskan keutamaan puasa syawal. Misalnya akan mendapatkan pahala seperti puasa setahun (HR. Muslim no. 1164, Shahih).

Menarik untuk diketahui bahwa agama Islam dibangun di atas landasan evidence yang valid dan shahih. Oleh karena itu, banyak pakar hadits yang berdedikasi untuk memilah dan memverifikasi hadits-hadits yang shahih, lemah, atau bahkan palsu. Motivasi mereka adalah untuk menjaga kemurnian ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi dan Sahabatnya, serta melindungi agama dari distorsi yang dapat disebabkan oleh hadits palsu.

Seperti halnya uang palsu yang dapat menimbulkan masalah, hadits palsu juga dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap pemahaman agama.

Semoga bermanfaat.

Amalan kita belum fix diterima Allah

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-1: Spesial Syawal
Edisi April 2025
FIKES UNIMMA

Amalan kita belum fix diterima Allah

Ramadhan tahun ini telah berlalu dan barangkali sudah banyak amal atau kebaikan yang telah dilakukan. Mulai puasa, shalat tarawih, sedekah, dan sebagainya. Tidak sedikit, sebagian dari kita kaum Muslimin yang memaksimalkan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Namun sekarang tersisa satu pertanyaan, yaitu apakah amal tersebut fix diterima Allah? Inilah yang masih menjadi kekuatiran seorang Muslim.

Sebagian literatur menyampaikan beberapa tanda jika amal diterima (Madarijus Salikin no.6/62 karya Ibnu Qudamah). Akan tetapi, itu hanya tanda dan tidak menunjukkan kepastian diterimanya.

Oleh karena itu, salah satu hal yang dapat kita lakukan saat ini dan seterusnya adalah menumbuhkan harapan dengan terus istiqamah berdoa sebagaimana dalam QS. Al Baqarah ayat 127:

“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Amalan itu tergantung akhirnya

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-4: Spesial Ramadhan
Edisi Maret 2025
FIKES UNIMMA
Amalan itu tergantung akhirnya
Sebentar lagi Ramadhan tahun 2025 akan berakhir. Padahal mungkin sebagian dari kita sedang semangat-semangatnya Ibadah. Dalam sebuah hadits disampaikan bahwa amalan itu tergantung akhirnya (HR. Bukhari no.6607, Shahih).
Amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas (Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’).
Nabi juga pernah bersabda bahwa kita jangan terkagum dengan amalan seseorang sampai melihat amalan akhir hayatnya (Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no.1334 karya Al Albani).
Artinya, apa yang kita lakukan di awal dan pertengahan Ramadhan sebenarnya tidaklah cukup; yang terpenting adalah bagaimana kita mengakhiri bulan suci ini dengan penuh amal dan hal-hal yang baik.
Semoga Allah memudahkan kita mengakhiri Ramadhan tahun ini dengan baik dan ibadah yang maksimal, Aamiin.

Harumnya bau mulut orang berpuasa

Kajian Online Pekanan
Pekan ke-3: Spesial Ramadhan
Edisi Maret 2025
FIKES UNIMMA
Harumnya bau mulut orang berpuasa
Istilah tersebut sebenarnya hanya kiasan dari hadits berikut:
Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harum minyak kasturi (HR. Muslim no.1151, Shahih).
Hadits itu bermakna bahwa orang yang berpuasa memiliki bau mulut yang harum di akhirat sebagai ganti dari ketaatannya selama ia puasa di dunia (Lathaif Al Maa’rif karya Ibnu Rajab Al Hambali).
Namun bukan berarti bahwa orang berpuasa tidak boleh menjaga oral hygiene (kebersihan gigi dan mulut). Bahkan, sebagian literatur menjelaskan akan bolehnya melakukan oral hygiene selama puasa. Baik itu gosok gigi menggunakan pasta gigi atau obat kumur ketika puasa Ramadhan (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah 25/25 Saudi Arabia).
Realita sehari-hari juga menjelaskan bahwa sangat jarang sekali sisa pasta gigi itu masuk ke kerongkongan. Seorang yang sikat gigi memahami bahwa sisa pasta gigi serta busanya pasti dibuang. Seandainya ada sedikit sisa pasta gigi yang masuk ke kerongkongan, maka dimaafkan Insyaallah. Karena umumnya hal tersebut tidak disengaja (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 15:260).
Oleh karena itu, meski sedang puasa Ramadhan, seorang Muslim tetap harus menjaga oral hygiene sebagai bentuk menjaga kebersihan diri. Di samping itu, juga akan menimbulkan rasa nyaman ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Semoga bermanfaat.